watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Liarnya Wanita Setengah Baya

Sebut saja namanya Debbie umur 35 tahun dan
Lucy 33 tahun. Seperti yang sudah-sudah, aku
mengenal sosok Debbie dari seringnya aku online
sebagai chatter.
Aku bisa menilai, Debbie adalah sosok yang hot
dalam bercinta. Dengan ciri-ciri 170/65, berdada
sintal, berpinggul sexy dan kelihatan sekali dia
adalah seorang wanita yang suka sekali senam
sehingga badannya terasa padat berisi. Itu semua
aku ketahui setelah dia kirim aku foto dan aku
tahu kalau dia penganut sex bebas juga dengan
para karyawan-karyawan yang ada di surabaya,
itupun aku ketahui setelah Debbie banyak cerita
tentang kehiduapn sexnya.
Singkat cerita, kita janjian untuk ketemuan,
dengan catatan dia harus bawa teman karena
menurut dia, tidak pernah ada acara copy darat
sendirian. Dan gilanya lagi dia sudah booking
hotel, saat acara ketemuan nanti. Itu karena
supaya dia tidak ketahuan suaminya, dia pilih
Hotel. Karena menurut Debbie, Hotel adalah
tempat yang paling aman.
Sesuai dengan hari yang sudah dibicarakan
bersama, akhirnya aku bergegas meluncur
menuju hotel yang dia booking. Setelah di depan
hotel, aku berusaha menelpon dia untuk
menanyakan di kamar nomor berapa.
“Hallo Dandy, kamu ada dimana” tanya Debbie.
“Aku sudah di depan lobby, Mbak Debbie di
kamar no. Berapa?”aku berusaha mencari tahu.
“Naik aja lift ke lantai 3, terus cari nomor 326,”
suara Debbie dengan jelas.
“Ok Mbak, aku segera naik,” jawabku.
“Ok aku tunggu,” suara Debbie dengan ceria.
Setelah aku tutup celluler ku, bergegas aku
menuju kamar yang disebut oleh Debbie.
“Tok-tok-tok” aku mengetuk pintu yag betuliskan
nomor 326.
Setelah pintu terbuka, aku sedikit terpana dengan
tubuh Debbie yang tinggi semampai.
” Dandy ngapain bengong, masuk dong,” sambil
menggapai lenganku.
Sesampai di dalam kamar, ternyata benar Debbie
bersama dengan temannya, sesuai dengan janji
dia.
“Dandy” aku ulurkan tanganku.
“Dandy, ini temenku Lucy” Debbie mengenalkan
temannya dan sambari begitu, si Lucy bangkit
dari duduknya langsung menyalami aku.
Keadaan berikutnya memang sedikit kaku karena
aku juga kikuk, mengingat dalam kamar itu ada
kami bertiga. Seandainya cuman berdua dengan
Debbie aku lebih berani.
“Dandy, kamu nggak seperti di foto deh,
sepertinya kamu lebih berisi” Debbie membuka
omongannya.
“Jangan-jangan yang difoto bukan kamu” tuduh
Debbie.
“Tidak kok Mbak, itu memang foto Dandy,” aku
coba membela diri.
“Dy, kata Debbie kamu jago banget ya..
Ngesexnya?” tanya Lucy.
Pertanyaan itu bagaikan menghantam dadaku.
Deg! jantungku terasa berhenti sekian detik.
“Mmm anu biasa kok Mbak,” jawabku gugup.
“Nggak apa-apa kok Dan, santai aja Lucy sama
kok seperti Debbie” hibur Debby.
Pembicaraan semakin menjurus ke arah yang
berbau sex, kedua wanita sebaya ini aku tafsir
merupakan wanita-wanita yang doyan banget
ngesex.
Aku sempat memutar otak dengan keadaan ini
dan bertanya dalam hati, suami mereka itu
gimana kok ‘menelantarkan’ istri-istri sexy begini.
Apalagi Lucy, sepertinya membiarkan mataku
melihat bongkahan paha mulus di balik rok
mininya. Sesekali dia merubah posisi duduknya
tanpa harus riskan dengan aku yang duduk di
depannya. Disaat aku melamun tentang khayalan
aku, tiba-tiba Debbie sudah berada di pangkuan
aku, jantungku berdetak semakin kencang.
“Dy, buktikan omongan kamu di chatting selama
ini,” pinta Debbie sambil menempelkan dadanya
ke muka wajahku. Aroma parfumnya yang
begitu membangkitkan gairahku mengusik adik
kecilku yang menghentak-hentak dinding CD-ku.
“Mbak” belum sempat aku selesaikan jawaban itu,
bibir Debbie yang tipis segera melumat bibirku.
Aku sedikit gugup menerima serangang yang
mendadak ini. Tetapi aku berusaha mengontrol
keadaan aku. Disaat bibir Debbie sedang asyik
menikmati bbibirku, tanganku yang nakal mulai
mengelus punggung wanita paruh baya tersebut.
Dengan kemahiran gigiku, aku melepas kancing
blus belahan rendah yang ada pada dada Debbie.
Sampai akhirnya 4 kancing atas blus Debbie
terbuka, dan mulailah aku bisa mengusasi
keadaan. Dengan belaian yang halus dan penuh
perasaan, jari-jemariku mulai membuka pengait
kancing BH Debbie.
Dengan sedikit sentuhan, ‘tess’ BH Debbie yang
berwarna hitam terbuka. Dan muncullah 2 bukit
yang masih kencang didepan mukaku lengkap
dengan sepasang puntingnya yang memerah.
Aku bisa membaca apa yang sedang terjadi pada
diri Debbie, dengan jilatan maut lidahku
membuatnya merintih, “Ughh, geli sayang”
Jilatan lidahku yang mendarat di puting Debbie,
membuat wanita itu menggeliat tidak beraturan.
Karena Debbie masih menggunakan baju kantor
(baca: rok mini). Tanganku semakin berani untuk
mengelus pahanya yang putih mulus.
Sesekali tubuhnya yang sintal bergoyang
dipangkuan aku dan sekitar 15 menit aku di posisi
itu, semua inderaku bekerja sesuai fungsi
masing-masing.
Disaat aku sedang melakukan foreplay, Lucy
masih duduk di tempatnya semula. Akan tetapi
sekarang kedua kakinya yang jenjang dibuka
lebar sedangkan tangannya meremas buah
dadanya sendiri
“Mm.. ” sesekali Lucy merintih, mendesah melihat
adegan Debbie dengan aku.
Setelah 25 menit, aku mencoba menyandarkan
tubuh Debbie ke dinding kamar. Posisi ini sangat
menguntungkan aku untuk mulai menikmati
setiap cm tubuh Debbie. Aku lumat bibir Debbie,
kemudian turun ke lehernya dan berlanjut ke
buah dadanya yang sintal. Aku menjongkokkan
tubuhku untuk menjilati puser Debbie.
“Akhh.. Dy, beri aku janjimu sayang.. Ughh,”
lidahku mulai nakal menjelajahi perut Debbie.
Sampai akhirnya aku mencium aroma bunga di
lubang surga Debbie. Tanpa melepas CD yang
dipakai, aku segera memainkan lidahku diatas
kemaluannya. Dan bersamaan dengan itu kepala
Debbie menggeleng kekanan-kekiri, seperti iklan
sampho clear yang lagi berketombe di diskotik.
Dengan sentuhan perlahan, aku melepas Debbie,
karena posisinya berdiri sangat mudah sekali
melepas CD warna putih berenda yang
dikenakan.
Tanganku berusaha membuka kedua kaki Debbie
yang masih menggunakan sepatu hak tingginya.
Sehingga memudahkan lidahku untuk mengocok
lubang kewanitaanya.
“Srupp.. Srupp, crek.. Crek” lidahku mulai
menghujam vagina Debbie.
“Dy, kamu memang asyik.. Geli sekali.. Ooohh”
Debbie merintih panjang saat lidahku mulai,
mengulum, menjilat dan menghisap clitorisnya
yang sudah mulai membesar dan berwarna
merah. Aku mulai merasakan sesuatu akan
meletup dalam diri Debbie. Dengan segala
pengetahuan aku dalam ilmu bercinta, aku angkat
satu kaki Debbie keatas pangkuan pundakku
sehingga lidahku bisa leluasa menikmati cairan
yang mulai meleleh di lubang surgawinya.
Dengan posisi berdiri kaki satu, aku semakin
mempercepat jilatan lidahku, sampai akhirnya
Debbie tidak kuasa membendung orgasmenya.
“Dy, aku keluar.. Aakkhh” bersamaan dengan itu
pula cairan kental muncrat ke wajahku.
Dan diisaat aku masih bingung untuk membasuh
wajahku tiba-tiba dari belakang Lucy
mengangkatku sambil berkata “Dy, sekarang
giliranku”.
Rupanya Lucy dari awal sudah memainkan
jarinya diatas clitorisnya sambil menonton
adegan antara aku dengan Debbie. Terbukti Lucy
tidak lagi menggunakan CD yang tadi
dikenakannya. Lucy membungkukkan badannya
ke bibir meja, sehingga belahan merah pada
selangkangannya terlihat jelas dari belakang.
Bagaikan segerombolan tawon yang melihat
madu, lidahkan langsung menari-nari di lubang
kemaluan Lucy.
“Dy, enak.. Sekali sayang.. Akhh” Lucy merintih.
Dengan posisi aku duduk di lantai menghadap
selangkangan Lucy, yang membuka lebar
pahanya. Memudahkan aku beroperasi secara
maksimal untuk menekan lidahku lebih dalam,
sedangkan tanganku meremas pantat Lucy yang
sexy.
Disaat aku sedang asyik menikmati lubang vagina
Lucy, tiba-tiba Debbie sudah memereteli celanaku.
Sehingga adikku yang berukuran 16 cm kurang
dikit dan mempunyai bentuk yang sedikit
bengkok ke kiri, menyembul keluar setelah sekian
menit dipenjara oleh CD ketatku merk crocodille.
“Waow Dandy, gila banget besar sekali sayang..
Mmm” selanjutnya tidak ada suara lagi karena
penisku sudah dilahap oleh mulut Debbie yang
rakus. Aku merasakan betapa pandainya lidah
Debbie menari di batang kemaluanku. Sesekali
aku melepas kulumanku di vagina Lucy, karena
merasakan kenikmatan permainan oral dari mulut
Debbie.
Lucy sudah mulai bocor pertahanannya dan
berkata sambil mendesah,
“Dandy.. Aku.. Aku.. Mau.. Kelu.. Arr.. Aahh,”
tangan Lucy yang tadinya beroperasi dibuah
dadanya sekarang menekan kepalaku dalam-
dalam pada selangkangannya, seolah memohon
jangan dilepas isapan fantastis itu. Untuk yang
kedua kalinya wajahku belepotan oleh cairan
wanita sebaya yang keluar dari lubang surgawi
mereka. Disaat aku sedang membasuh wajahku
yang penuh cairan, tiba-tiba Debbie menarik
lenganku, hingga badanku berdiri.
“Dy, aku ingin style berdiri,” ajak Debbie sambil
menarik tanganku untuk mengikuti dia berdiri.
Sambil bersandar di dinding, aku langsung
mengarahkan adik kecilku dari bawah. Sehingga
posisi berdiri tersebut sempurna sekali, dan
itupun ditambah posisi Debbie yang masih belum
melepas sepatu hak tingginya. Karena dengan
demikian posisi Debbie lebih tinggi dari posisi aku
berdiri.
“Bless” suara adik kecilku menembus belahan
kecil diselangkangan Debbie
“Dy, enakk bangett.. Punyamu ” erangan Debbie.
Gerakan maju mundurku semakin mentok di
pangkal vagina Debbie, hal itu disebabkan karena
pantat Debbie ditahan oleh dinding.
“Crekk.. Crekk.. Sslleepp” suara penisku
menghujam keluar masuk dalam lubang vagina
Debbie. Buatku, Debbie termasuk orang yang bisa
megimbangi permainan sex. Buktinya dengan
posisi sulit seperti itu, dia juga sedikit
mendoyongkan tubuhnya ke dinding sehingga
batang penisku benar-benar masuk semua.
Keadaan ini berlangsung sampai akhirnya di
menit ke 45, Debbie berteriak
“Dyy.. Ampun.. Aku.. Mau.. Kelu.. Ar lagi.. Gila”
rintih Debbie.
Tubuh Debbie mendekapku erat-erat seolah tidak
mau lepas dari batang penisku yang masih
menancap lubang surgawinya. Dan sedetik
kemudian tubuh Debbie merosot ke bawah
dengan lunglai.
Aku berjalan menghampiri Lucy yang sedang
menyandarkan tangannya untuk melihat keluar
jendela. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan,
sambil memeluk dia dari belakang, penisku yang
masih kencang menerobos liang vagina Lucy
sehingga membuat dia terpekik.
“Aaowww.. Dy kamu nakal deh, aku masih
capek.. Uuughh” aku tidak mempedulikan
erangannya.
Seraya meremas buah dadanya yang kencang
dari belakang, pinggulku mulai bergerak maju
mundur. Posisi seperti ini benar-benar membuat
aku melayang, lubang Lucy yang sedikit sempit
dan seret dibanding punya Debbie. Dan hal itu
membuat aku lebih bernafsu untuk
menyetubuhinya. Itu wajar karena Lucy belum
punya anak walaupun sudah menikah beberapa
tahun.
Selang beberapa menit, “Dyy.. Aku nggak
tahann.. Gila banget punya kamu terasa masuk
sampai ulu hatiku.. Aaugghh,” rintih Lucy
panjang, sambil tetap menggoyang pinggulnya.
Dengan posisi setengah nungging dengan berdiri,
memudahkan aku untuk memasukan penisku
secara maksimal.
“Ughh.. Mbak.. Asyik banget punya Mbak” desah
kenikmatanku untuk memuji kedua wanita itu
sering keluar dalam mulutku.
“Dy.. Ampunn.. Aku.. Akkhh” Lucy merintih
panjang.
Lucy merapatkan pahanya sehingga penisku
terasa tersedot ke dalam semua. Gila, terasa
copot penisku dibuatnya. Karena hebatnya
permainan itu hingga tak terasa dinginnya AC
yang ada dalam kamar itu. Aku coba mengambil
segelas air es di kulkas, Debbie yang tadi terkulai
menarik tanganku.


Adult | GO HOME | Exit
1/1411
U-ON

inc Powered by Xtgem.com